Berpikir
reflektif berarti berpikir yang dipantulkan kepada dirinya sendiri. Berfilsafat berarti refleksi terhadap
dirinya sendiri. Berfilsafat pada hakikatnya adalah menonton dirinya
sendiri ketika dirinya sedang berada di atas
panggung. Semua ragam pemikiran filsafat tentunya dapat direfleksikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Berpikir
reflektif mendorong kita akan mampu berpikir ke arah pemikiran yang lebih berkualitas (quality thinking) dan pemikiran
ke masa depan (future thinking).
Misalnya, pemikiran filsafat yang reflektif tidak hanya sebatas pada memperbaiki kualitas diri sendiri, akan tetapi juga bagaimana
memperbaiki kualitas generasi mendatang (anak-anak kita), sehingga kita akan
terhindar dari degradasi keturunan.
Di zaman sekarang (era global) membuat/melahirkan anak mudah, akan tetapi membuat agar anak-anak kita
lebih berkualitas dari diri kita, maka
diperlukan berbagai pemikiran (inter disipliner). Hal ini sejalan dengan
keberadaan konsep-konsep pemikiran filsafat tentang: manusia unggul menurut
pemikiran barat, menurut pemikiran Indonesia, menurut pemikiran Jawa, dan
lain-lain.
Manusia unggul
(berkualitas) menurut pemikiran barat yang dikemukakan oleh Nietzsche yaitu
pemikirannya tentang manusia pemberani, superman, manusia cerdas, manusia yang
tidak pernah bersalah, manusia berkuasa.
Manusia unggul
menurut pemikiran Jepang adalah manusia yang memiliki
jiwa 'samurai' yaitu semangat tidak pernah kenal lelah, pan-tang
menyerah, tahan menderita yang dilambangkan dengan semangat ksatria (boshido).
Manusia unggul
(berkualitas) menurut pemikiran Indonesia yang tertuang dalam GBHN 1999
dikemukakan bahwa manusia Indonesia adalah manusia yang bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, cerdas, berkepribadian, bersemangat, rajin bekerja, dan
lain-lain.
Manusia unggul (berkualitas) menurut pemikiran Islam yaitu `insan kamil', Insan kamil
adalah manusia yang telah mencapai derajat imuttaqiin' yaitu
manusia yang benar-benar aktivitas hidupnya hanya untuk mencari keridhaan
Allah.
Manusia unggul
(berkualitas) menurut pemikiran Jawa yaitu `manungsa
utomo' (manusia utama). Manusia
utama adalah manusia yang dapat memenuhi hakikat kodratnya sebagai
makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan. Manusia utama adalah
manusia yang memiliki kemampuan untuk: memayu
hayuning seliro (berperilaku baik menjaga dirinya dari perbuatan
vista), memayu hayuning bebrayan/ sesami (berperilaku baik terhadap
sesama), memayu hayuning bawono (berperilaku untuk kepentingan
bangsa/negara).
Dari berbagai
konsep manusia berkualitas (unggul) tersebut kita akan dapat memperoleh
inspirasi bahwa melahirkan dan membangun anak berkualitas di era global ini
sangat penting. Karma, di era globalisasi
saat ini diperlukan anak-anak yang memiliki kemampuan daya saing tinggi.
Sumber :
Endang Daruni. et. al. 1982. Filsuf Filsuf Dunia dalam Gambar. Yogyakarta: Karya Kencana
Endang Daruni. et. al. 1982. Filsuf Filsuf Dunia dalam Gambar. Yogyakarta: Karya Kencana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar