Sebagai suatu disiplin,
filsafat ilmu pertama-tama berupaya menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam
proses ilmiah diantaranya: prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola argumen,
metode penyajian dan penghitungan, perandaian-perandaian metafisik dan
seterusnya. Kemudian mengevaluasi dasar-dasar validitasnya berdasarkan logika
formal, metodologi praktis dan metafisika.[27]
Filsafat ilmu telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga menjadi
suatu bidang pengetahuan yang sangat luas dan sangat mendalam. Dalam bidang filsafat,
ruang lingkup filsafat ilmu pada dasarnya mencakup dua pokok pembahasan, yaitu
pertama membahas sifat pengetahuan ilmiah yang meliputi bidang epistemology atau filsafat pengetahuan dan
kedua menelaah cara-cara utuk mengusahakan atau melahirkan pengetahuan ilmiah
yang terkait dengan pokok persoalan cara-cara mengusahakan lahirnya pengetahuan
ilmiah. Filsafat ilmu sangat erat kaitanya dengan logika dan metodologi, dan
kadang-kadang filsafat ilmu disamakan pengertianya dengan metodologi. Jadi
filsafat ilmu ialah penyelidikan filosofis tentang cirri-ciri pengetahuan
ilmiah dan cara-cara untuk memperolehnya. Dengan kata lain filsaat ilmu
sesungguhnya merupakan penyelidikan lanjutan.
Selain tersebut di atas
sebenarnya filsafat ilmu dapat dikelompokan menjadi dua pokok bahasan yaitu;
1. Filsafat ilmu umum. Kajianya mencakup persoalan-persoalan, kesamaan,
keseragaman serta hubungan antara berapa ilmu yang terkait. Dengan kata lain
kajian filsafat umum ini membahas tentang hubungan ilmu dengan kenyatataan atau
objek ilmu itu sendiri yang diantaranya terkait dengan struktur kenyataan.
2. Filsafat ilmu khusus. Kajian yang khusus membahas kategorisasi serta cara
yang digunakan dalam melakukan pendekatan terhadap ilmu-ilmu tertentu, seperti
dalam disiplin ilmu alam, ilmu sejarah, ilmu social dan sebagainya.
Selain menggunakan diklasifikasikan
seperti tersebut di atas, filsafat ilmu juga dapat diklasifikasikan berdasarkan
model pendekatan, seperti pendekatan filsafat ilmu terapan dan filsafat ilmu
murni. Filsafat ilmu terapan menggali dasar persoalan kefilsafatan yang melatar
belakangi munculnya pengetahuan normative dalam dunia ilmu. Sedangkan filsafat
ilmu murni, bentuk pengkajian filsafat ilmu dengan cara menelaah secara
kritis-eksploratif terhadap objek kefilsafatan, membuka cakrawala baru terhadap
kemungkinan munculnya disiplin ilmu baru atau perkembangan pengetahuan yang
baru.
Amsal Bakhtiar, mengemukakan
bahwa ruang lingkup filsafat lebih luas daripada ilmu yang hanya mencakup hal
yang bersifat empiris saja. Filsafat mencakup hal yang bersifat empiris dan non
empiris. Filsafat menjadi pijakan bagi kegiatan keilmuan. Setelah itu, ilmu
berkembang sesuai dengan spesialisasi masing-masing. Awalnya, filsafat terbagi
pada teoritis dan praktis. Filsafat teoritis mencakup metafisika, fisika,
matematika, dan logika. Ekonomi, politik, hukum dan etika. Etiap bidang ilmu
ini kemudian berkembang dan menspesialisasi, seperti fisika berkembang menjadi
biologi, biologi berkembang menjadi anatomi, kedokteran, dan kedokteran pun
terspesialisasi menjadi beberapa bagian. Perkembangan ini dapat diibaratkan
sebuah pohon dengan cabang dan ranting yang sekain lama semakin rindang.[28]
Dari perkembangan ilmu
pengetahuan yang sangat pesat tersebut, membuat ilmu pengetahuan menjauh dari
induknya (filsafat), bahkan membuat ilmu pengetahuan saling bersaing dengan
ilmu pengetahuan yang lain. Maka, seperti yang diuraikan sebelumnya, tugas
filsafat adalah menyelaraskan visi ilmu pengetahuan itu sendiri agar tidak
kontradiktif dengan berbagai kepentingan. Ilmu sebagai objek kajian filsafat
seyogyanya mengikuti alur filsafat, yaitu objek material yang didekati lewat
pendekatan radikal, komprehensif, dan rasiona serta spekulatif. Pendekatan
spekulatif akan mnejadikan ilmu semakin berkembang.
Sumber : Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar