Filsafat
adalah studi secara kritis mengenai masalah-masalah yang timbul dalm kehidupan
manusia dan merupakan alat dalam mencari jalan keluar yang terbaik agar dapat
mengatasi semua permasalahan hidup dan kehidupan yang dihadapi. Dalam
pengertian yang luas, filsafat bertujuan memberikan pengertian yang dapat diterima oleh
manusia mengenai konsep-konsep hidup secara ideal dan mendasar bagi manusia
agar mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan.
Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa ruang
lingkup filsafat adalah semua lapangan pemikiran manusia yang komprehensif.
Segala sesuatu yang mungkin ada dan benar-benar ada (nyata), baik material
konkret maupun nonmaterial (abstrak). Jadi, objek filsafat itu tidak terbatas.[4]
Dalam
memahami dan mengembangkan pemikiran kefilsafatan pendidikan perlu dipahami pola
dan system pemikiran kefilsafatan pada umumnya. Pola dan system pemikiran
kefilsafatan sebagai suatu ilmu adalah :
1.
Pemikiran kefilsafatan harus bersifat sistematis, dalam arti dalam
berpikirnya logis dan rasional tentang hakikat masalah yang dihadapi;
2.
Tinjauan permasalahan yang dipikirkan bersifat radikal artinya
menyangkut persoalan-persoalan mendasar samapai keakar-akarnya.
3.
Ruang lingkup pemikirannya bersifat universal artinya
persoalan-persoalan yang dipikirkannya bersif at menyeluruh;
4.
Meskipun pemikiran-pemikiran yang dilakukan lebih bersifat
spekulatif, namun didasari oleh nilai-nilai yang obyektif.
Pola dan system berpikir filosofis yang
demikian dilaksanakan dalam ruang lingkup yang menyangkut bidang-bidang sebagai
berikut :
1.
Cosmologi yaitu suatu pemikiran dalam permasalahan yang berhubungan
dengan alam semesta, ruang dan waktu, kenyataan hidup manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan, serta proses kejadian-kejadian dan perkembangan hidup manusia di
alam nyata.
2.
Ontology yaitu suatu pemikiran tentang asal-usul kejadian alam
semesta, dari mana dan kearah mana proses kejadiannya.
Secara
makro (umum) apa yang menjadi obyek pemikiran filsafat, yaitu dalam ruang
lingkup yang menjangkau permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan
sekitarnya adalah juga obyek pemikiran filsafat pendidikan. Tetapi secara mikro
(khusus) yang menjadi obyek filsafat pendidikan meliputi :
1.
Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (The Nature Of
Education).
2.
Merumuskan sifat hakikat manusia sebagai subyek dan obyek pendidikan
(The Nature Of Man).
3.
Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat
pendidikan, agama dan kebudayaan.
4.
Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori
pendidikan.
5.
Merumuskan hubungan antara filsafat negara (Ideology), filsafat
pendidikan dan politik pendidikan (sistem pendidikan).
6.
Merumuskan sistem nilai norma atau isi moral pendidikan yang
merupakan tujuan pendidikan.[5]
Dengan
demikian dari uraian tersebut diperoleh suatu kesimpulan bahwa yang menjadi
obyek filsafat pendidikan ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya
manusia untuk mengerti dan memahami hakikat pendidikan itu sendiri, yang
berhubungan dengan bagaimana pelaksanaan pendidikan dan bagaimana tujuan
pendidikan itu dapat dicapai seperti yang dicita-citakan.Sumber :
Dr. H. Jalaluddin , Dr. Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), cet. IV, hlm. 24-25
Tidak ada komentar:
Posting Komentar