Buah tangan Aristotes diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada
sekitar Abad 7 Masehi, dan kemudian diberinya nama ilmu al-Mantiq.
Ilmu Mantiq yang merupakan terjemahan dari Ilmu Logika adalah
hasil karya para filosof Yunani sejak abad ke-4 SM. Kaum Sofis, Socrates dan
Plato adalah perintis lahirnya Logika. Sedangkan Logika lahir sebagai suatu
ilmu adalah atas jasa Aristoteles, Theoprostus dan kaum Stoa.[[10]]
Aristoteles
(384-322 SM) sebagai peletak dasar Ilmu Logika, meninggalkan enam buah buku
yang oleh murid-muridnya disebut Organon. Buku tersebut terdiri dari :
1. Categoriae (mengenai
pengertian-pengertian)
2. De Interpretiae (mengenai
keputusan-keputusan)
3. Analitica
priora (tentang silogisme atau menarik kesimpulan)
4. Analitica
posteriora (tentang pembuktian)
5. Topika (mengenai
berdebat)
6. De Sophisticis
Elenchis (tentang kesalahan-kesalahan berpikir).
Buku-buku
inilah yang kemudian menjadi dasar Logika Tradisional. Theoprostus
mengembangkan Logika Aristoteles ini, sedangkan kaum Stoa mengajukan
bentuk-bentuk berpikir yang sistematis.
Pada abad ke-8 Masehi, ketika agama Islam telah
tersebar di Jazirah Arab dan dipeluk secara meluas sampai ke timur dan
barat, perkembangan ilmu pengetahuan pun mengalami kemajuan yang pesat.
Puncaknya terjadi pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, yaitu pada masa
pemerintahan Khalifah Harun al Rasyid dan Al-Makmun. Pada masa itu terjadi
penerjemahan ilmu-ilmu filsafat Yunani ke dalam bahasa Arab, termasuk Ilmu
Logika. Ilmu ini sangat menarik perhatian kaum muslimin pada saat itu sehingga
dipelajari secara meluas. Diantara
mereka kemudian menulis buku Ilmu Mantiq dan mengembangkannya. Dalam berbagai segi, mereka mengislamisasikan ilmu
logika melalui contoh-contoh yang mereka munculkan. Ilmu Mantiq tidak saja
digunakan untuk mempertajam
dan mempercepat daya pikir dalam menarik kesimpulan yang benar, tetapi
juga membantu mengokohkan hujjah-hujjah agama dalam persoalan akidah.[10]
Di antara ulama dan cendekiawan muslim yang
mendalami Ilmu Mantiq dan menulis buku tentang mantiq adalah Abdullah ibn
al-Muqaffa’, Ya’qub ibn Ishaq al-Kindi (185 H-260 H/801 M-873 M),
Muhammad Ibnu Zakaria al-Razi (251 H-313 H/865 M- 925 M), Abu Nasr al-Farabi
(258 H-339 H/870 M-950 M), Ibnu Sina (370 -428 H/980-1037 M), Abu Hamid
al-Ghazali, Ibnu Rusyd (520-595 H/1126-1198 M), al-Qurthubi dan lain-lain. [11] Al-Farabi kemudian
dikenal sebagai Guru Kedua Logika setelah Aristoteles.
Karya-karya Al-Farabi dibagi menjadi dua, mengenai logika dan filsafat.
Karya-karya tentang Logika menyangkut bagian-bagian berbeda dari Organon-nya
Aristoteles, baik yang berbentuk komentar maupun ulasan panjang. Kebanyakan
tulisan ini masih berupa naskah.
Selain Al-Farabi, juga dikenal Ibnu Sina sebagai Guru ke tiga
Logika. Buku Logika Ibnu Sina diterjemahkan ke dalam bahasa Latin di penghujung
abad ke-12. Yang lainnya adalah karya logika Ibn Rusyd di awal abad ke-14.
Terjemahan inilah yang disebarkan di Paris (Perancis) dan Oxford (Inggris).[12]
Pada masa kemunduran ilmu pengetahuan di dunia Islam, timbullah
berbagai kritikan terhadap Ilmu Mantiq / Logika karena dianggap logika
sebagai penyebab lahirnya paham-paham zindiq (atheis) karena terlalu memuja
akal fikiran di dalam mencari kebenaran. Sebagian ulama kemudian mengharamkan
mempelajari ilmu logika, seperti Imam an-Nawawi (1233-1277 M), Ibnu Shilah (1181-1243
M), Ibnu Taimiyah (1263-1328 M) dan Sa’adduddin at-Taftazani (1322-1389 M).[13]
Pengaruh fatwa tersebut sangat kuat di kalangan umat Islam, sehinnga
kegiatan dan perkembangan alam fikiran dunia Islam mengalami kemacetan dan
kebekuan. Sementara dunia Barat sedang gembira menyambut zaman Kebangunan
(Renaissance) di Eropa (abad 13-14 M).
Menjelang penghujung abad ke-19 bangkitlah gerakan pembaharuan dunia
Islam yang dipelopori Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha.
Sejalan dengan itu perhatian penuh terhadap logika muncul kembali di
Mesir.
Di Indonesia, Ilmu Mantiq pada mulanya dipelajari secara terbatas di
perguruan-perguruan agama dan pesantren. Ilmu Mantiq sampai ke Indonesia
bersama ilmu-ilmu agama lainnya yang dibawa oleh pelajar-pelajar muslim yang
belajar di Timur Tengah.
Ilmu logika baru dipelajari lebih luas setelah diperkenalkannya buku
Madilog karangan Tan Malaka yang terbit tahun 1951. Pada tahun 1954 Ilmu Mantiq
telah dipelajari secara lebih luas dan dimasukkan ke dalam kurikulum perguruan
tinggiSumber :
Jamaluddin Kafie, Logika, Form Berpikir Logis, (Surabaya : Karya Anda, )
This is how my buddy Wesley Virgin's tale starts in this SHOCKING AND CONTROVERSIAL VIDEO.
BalasHapusWesley was in the military-and soon after leaving-he discovered hidden, "mind control" tactics that the government and others used to get everything they want.
These are the same methods lots of famous people (especially those who "became famous out of nothing") and the greatest business people used to become wealthy and famous.
You probably know how you use only 10% of your brain.
That's because the majority of your brainpower is UNTAPPED.
Maybe that conversation has even occurred IN YOUR own head... as it did in my good friend Wesley Virgin's head about seven years ago, while driving a non-registered, garbage bucket of a car without a driver's license and with $3.20 in his bank account.
"I'm so frustrated with living check to check! Why can't I turn myself successful?"
You took part in those questions, ain't it so?
Your success story is going to happen. You just need to take a leap of faith in YOURSELF.
CLICK HERE To Find Out How To Become A MILLIONAIRE