-
Thales (624
SM-546 SM)
Thales lahir di
miletus digelari bapak filsafat karena dialah orang yang mula - mula
berfilsafat. Ia adalah seorang politikus, ahli geometri dan pemikir. Ia juga
berjasa dengan meramalkan secara tepat gerhana matahari pada tahun 585 SM.
Thales di anggap sebagai Filsuf pertama di Yunani. Ia adalah filsuf yang
berusaha untuk menemukan asas atau prinsip alam semesta. Ia tidak tertarik pada
mitos tetapi pada pengetahuan mengenai dunia dan bintang. Gelar itu diberikan
karena ia mengajukan pertanyaan yang amat mendasar, yang jarang diperhatikan
orang, juga orang jaman sekarang. Apa sebenarnya bahan alam semesta ini? Ia
sendiri menjawab air. Jawaban ini sebenarnya amat sederhana dan belum tuntas.
Belum tuntas karena dari apa air itu ? Thales mengambil air sebagai alam
semesta barang kali karena ia melihat nya sebagai sesuatu yang amat diperlukan
dalam kehidupan, dan menurut pendapatnya bumi ini terapung di atas air.
Menurutnya, prinsip pertama alam semesta ini adalah air. Semua bermula dari air
dan berakhir ke air juga. Tidak ada kehidupan tanpa ada air. Tidak ada satu
makhluk hidup pun bisa bisa hidup tanpa air, termasuk juga Manusia. Saat ini
sejumlah Ilmuwan dalam bidang kedokteran pun menyebutkan bahwa unsur terbanyak
dalam tubuh manusia yaitu air ( di atas dari 80%).
Selain hal di atas
Thales juga mengembangkan astronomi dan matematika dengan mengemukakan pendapat
bahwa bulan bersinar karena memantulkan cahaya matahari, menghitung terjadinya
gerhana matahari, dan bahwa kedua sudut alas dari suatu segi tiga sama kaki
sama besarnya.[2]
-
Anaximandros (610 SM – 546 SM)
Anaximandros adalah
murid dari thales. Dia mencoba menjelaskan bahwa substansi pertama itu bersifat
kekal dan ada dengan. Anaximandros mengatakan itu udara. Udara merupakan sumber
segala kehidupan. Dia adalah orang yang berjasa dalam dunia astronomi dan geografi
sebab dia orang pertama yang membuat peta. Anaximandros juga mencari prinsip
terakhir yang dapat memberikan 1`pengertian mengenai kejadian-kejadian dalam
alam semesta. Seperti yang dilakukan gurunya, Anaximandros juga mencari arkhe ( asas pertama alam semesta ).
Pemikirannya dalam memberikan pendapat tentang arkhe adalah ia tidak menunjuk pada salah satu unsur yang dapat di
amati oleh panca indra, tetapi ia menunjuk dan memilih pada sesuatu yang tidak
dapat di amati oleh panca indra, yaitu to
apeiron, “ yang tak terbatas”. Alasannya, sesuatu yang fisik pasti berubah,
sedangkan yang berubah pasti bukan arkhe.[3]
Pendapatnya yang lain
adalah bumi seperti silinder, lebarnya tiga kali lebih besar dari tinggi nya.
Bumi tidak terletak atau bersandar pada sesuatu apa pun. Mengapa bumi tidak
jatuh? Karena bumi berada pada pusat jagad raya. Pemikirannya ini harus kita
pandang sebagai titik ajaran yang mengherankan bagi orang-orang modern.
-
Anaximenes (585-528 SM)
Dia adalah murid
Anaximandros yang secara substansial pemahamannya tentang alam tidak berbeda
dengan gurunya. Ia berpendapat bahwa prinsip yang merupakan asal-usul segala
sesuatu yaitu udara. Kenapa udara? Karena udara merupakan bahan dasar yang
membentuk semua benda yang ada dalam alam semesta. Jika kumpulan udara sangat
banyak maka ia berubah bentuk menjadi awan atau sesuatu yang dapat dipandang
oleh mata, jika basah maka ia menjadi air hujan, dan jika awan menjadi semakin
padat, maka ia menjadi tanah atau batu atau bahkan badan manusia. Menurutnya
jiwa menjamin kesatuan tubuh kita demikianpun udara meliputi segala-galanya.
Jiwa sendiri juga tidak lain dari udara saja yang dipupuk dengan bernafas. Maka
dia merupakan yang pertama berpikir persamaan antara tubuh manusia dan jagat
raya. Pandangan tersebut didasarkan atas alasan:
a.
Udara terdapat
dimana-mana, dunia itu diliputi oleh udara, tidak ada satu ruanganpun tidak
terdapat udara didalamnya maka udara itu tidak ada habisnya.
b.
Keistimewaan udara
yaitu senantiasa bergerak oleh karena itu udara memegang peranan yang penting
dalam berbagai perubahan dalam alam ini.
c.
Udara adalah unsur
kehidupan karena tak ada sesuatupun yang hidup tanpa udara.
Demikianlah, karena filsafat mereka memfokuskan diri
pada kejadian dan gejala alam semesta, maka filsafat mereka disebut dengan
filsafat alam. Thales mengasalkan bahwa penciptaan alam ini bersumber dari air,
anaximandros pada to apeiron, dan
anaximenes pada Udara.
Sumber :
Abidin, Zainal. 2011. Pengantar Filsafat Barat. Jakarta
Abidin, Zainal. 2011. Pengantar Filsafat Barat. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar