Kamis, 22 Desember 2016

Aktualisasi Filsafat Sebelum Ilmu

   Aktualisasi Filsafat Sebelum Ilmu
Dalam masyarakat hingga saat ini masih menganggap ilmu filsafat adalah ilmu `ngawang-ngawang' yaitu ilmu yang sulit untuk dimengerti atau ilmu yang membingungkan orang. Memang, setiap ilmu tentu memiliki sisi negatif/sinisme. Seperti ilmu filsafat sisi negatifnya dengan mempelajari filsafat akan mencetak pengangguran. Seperti ilmu ekonomi sisi negatifnya dengan mempelajari ilmu ekonomi orang akan bersifat materialistik. Sisi negatif ilmu agama dengan mempelajari ilmu agama orang akan terhindar dari neraka. Sisi negatif ilmu kedokteran dengan mempelajari ilmu kedokteran pikirannya akan buruk karma mendoakan orang lain sakit.
Sisi-sisi negatif pads setiap ilmu ini hendaknya dibuang jauh-jauh, dan kita seharusnya lebih berpikir positif terhadap setiap ilmu. Jadi, syarat agar orang dapat mengaktualisasikan ilmu filsafat pertama-tama harus berpikiran positif.
Dengan berpikir positif pikiran kita akan berkembang dan kon­struktif dan edukatif. Dengan berpikir positif pikiran kita akan lebih bersemangat dan realistik, yaitu bersemangat untuk meningkatkan kepedulian terhadap sesama. Dengan berpikir positif kita akan lebih banyak melihat hal-hal yang realistik dan. pragmatik.
Sebagai ilmu, filsafat juga seperti ilmu-ilmu yang lain seperti: antropologi, sosiologi, atau ilmu ekonomi. Akan tetapi, kelebihan ilmu filsafat adalah memiliki objek formal dan material lebih lugs, clan setiap ilmu memuat unsur filsafat. Misalnya, sosiologi memiliki filsafat so­sial, ilmu hukum memiliki filsafat hukum, ilmu kedokteran memiliki filsafat kedokteran, ilmu agama memiliki filsafat agama, clan seba­gainya. Sehingga, setiap ilmu tentu memiliki bidang yang sulit untuk ditembus oleh ilmu tersebut, maka untuk menembusnya hanya dengan ilmu filsafat.
Bagi orang yang belajar ilmu filsafat hendaknya dapat 'berdialog' dengan ilmu lain. Artinya, mempelajari ilmu filsafat tidaklah cukup dan untuk berdialog dengan ilmu lain, maka orang harus mempelajari (misalnya) ilmu kependudukan/demografi. Sehingga, orang tersebut pikirannya tidak selalu 'ngawang-ngawang' dalam filsafat, tetapi pikiran orang tersebut diperkenalkan dengan pikiran yang realistik/praktis. Karena, dalam ilmu kependudukan diajarkan tentang migrasi/perpindahan penduduk, program keluarga berencana, kelahiran, kematian, kualitas sumber daya manusia, mengatasi pengangguran semakin banyak.
Jadi, ilmu filsafat harus berdialog dengan ilmu-ilmu lain, karena ilmu-ilmu (selain filsafat) dapat dipakai untuk membantu dalam kerangka berpikir kita.
 
Sumber  : 
Brouwer. et. al. 1986. Sejarah Filsafat Modern dan Sezamannya. Alumni. Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar