Filsafat
Emanuel Kant menjadi sebuah pertemuan kritis antara dua kecenderungan
manusia yang telah lahir sebelum abad pencerahan yakni rasionalisme dan
empirisme.[4]
Memang disatu sisi kita akan menemukan bahwa metode pemikiran Kant
terlihat begitu dekat dengan dunia ide bahkan mungkin tak bisa terlepas
darinya. Argumen ini menjadi keyakinan yang bermula dari sebuah konklusi
Kant bahwa adanya Tuhan, kehendak bebas, dan keabadian jiwa tidak
bisa dibuktikan secara teoritis namun perlu diakui bahwa ini murni dari
akal budi yakni dunia praktis. Akan tetapi jika kita cermat menelaah
pemikirannya tipikal yang nampak dari metode filsafatnya ialah: ia ingin mencari sintesa yang benar dan jelas dari empirisme dan rasionalisme.
Kant
bertolak dari hasil yang nampak dari kekurangmampuan ilmu-ilmu
pengetahuan pasti dan eksata sebelumnya untuk mensintesiskan
kebenaran-kebenarandari teori mereka. Karena itu, Kant mencoba bekerja
dengan metode baru yang berbeda dengan para ilmuwan sebelumnya. Ia
menyebut metode untuk mencari asas-asas yang benar dari pengetahuan itu
metode induksi.
Kant
secara pribadi mempertanyakan kaum rasionalis sebelumnya yang
merelativisir empirisme dan menganggapnya tidak memiliki dasar yang kuat
untuk mencapai kebenaran. Demikian juga ia mempertanyakan skeptisisme
yang berlebihan dari kaum skeptis yang mengatakan bahwa kebenaran akal
busi itu relatif. Keberhasilannya dalam mempertemukan kedua aliran
diatas membuatnya pantas memperoleh gelar kehormatan, karena
bagaimanapun juga filsafatnya telah menjadi pijakan dan dasar bagi perkembangan filsafat yang muncul setelahnya.
Sebagai
seorang filsuf rasionalis-idealis, pertanyan Kant untuk mengetahui
tentang absah tidaknya sebuah pengetahuan ( entah pengetahuan rasional dan empiris) sederhana saja: “apa yang dapat saya ketahui, apa yang seharusnya saya lakukan, dan apa yang bisa saya harapkan”[5] ( foot note 1 dari buku fil.modern karangan F. Budi hadirman hal.132).
Dari sinilah Kant mulai mencari dasar yang
kokoh untuk filsafatnya, dimana ia hendak memulai segalanya dari sebuah
pencarian akan yang ADA, sehingga filsafatnya disebut transendental
karena tidak dapat diteliti sebagai sebuah proses tetapi selalu
diandaikan sebagai suatu akibat. Kriteria filsafat yang transendens
diterima sebagai sebuah keabsahan apabila kita fokus pada kondisi yang
murni dari subjek pengetahuan.
Ilmu
pengetahuan bagi Kant bertugas menemukan subjek pengetahuan yang
memungkinkan dunia empiris (aposteriori) itu bisa diselidiki. Disini
tampak bahwa Kant secara bijaksana mendamaikan objek
dengan subjek pengetahuan itu, meskipun perlu juga diakui bahwa subjek
pengetahuan itu tetap diakuinya sebagai yang lebih tinggi.
Sumber :
tafsir Ahmad Filsafat umum : akal dan hati sejak thales sampai james,( Bandung:
tafsir Ahmad Filsafat umum : akal dan hati sejak thales sampai james,( Bandung:
Remaja Rosdakarya,1998)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar