Kamis, 22 Desember 2016

Pengertian dasar-dasar filsafat

A.    Pengertian Dasar Filsafat
Kata “filsafat” dalam bahasa Inggris, yaitu philosophy, sedangkan dalam bahasa Yunani disebut dengan philosophia,yang terdiri dari dua kata yaitu: philos (cinta atau persahabatan) dan sophos (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis dan intelegensi). Jadi, secara etimologi, filsafat merupakan cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Dan orang yang cinta kebenaran tersebut disebut dengan filosof.[5] Suhar AM berpendapat bahwa, “filsafat” merupakan istilah yang sering dikaitkan dengan sebuah teori umum tentang hakikat dari sesuatu, khususnya tentang bagaimana memperoleh pengertian yang luas tentang sesuatu tersebut.[6] 
Lebih lanjut Suhar menjelaskan bahwa ruang lingkup pembahasan filsafat sangat luas, maka para ahli filsafat memberikan definisi yang berbeda. Plato misalnya, yang mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli. Aristoteles, murid Plato, mengatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan esetetika. Sementara itu, Descartes mengatakan bahwa filsafat merupakan kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikan. Sedangkan menuurut IR. Poedjaeijatna, filsafat merupakan ilmu yang mencari sebab yang sedaam-dalamnya bagi segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada.[7]
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat diketahui betapa kompleksnya pembahasan filsafat. Namun, tidak ada perbedaan yang menjadi pertentangan. Hanya, perbedaan tersebut dilihat dari sudut pandang dalam mengkaji filsafat tersebut. Pada dasarnya mereka mengemukakan bahwa pembahasan filsafat meliputi: Tuhan, manusia dan alam, yang mana merupakan objek materia filsafat. Lebih jauh dari itu, filsafat juga mengkaji hakikat yang terkandung di dalam objek kajiannya tersebut dengan berpikir secara mendalam (objek forma).
1.      Fungsi Filsafat
Endang Saifuddin Anshari, dalam bukunya Ilmu, Filsafat dan Agama, menguraikan filsafat sebagai “ilmu istimewa” yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan pada umumnya, karena jangkauan filsafat lebih dalam dari ilmu pengetahuan. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, Anshari juga berpendapat bahwa filsafat merupakan proses berpikir untuk memahami secara radikal, integral dan sistematis tentang Tuhan, manusia dan alam semesta.[8]
Jadi, sangat jelas bahwa filsafat sangatlah berperan penting dan berfungsi dalam kehidupan manusia. Filsafat dapat memenuhi harapan-harapan manusia. Fitrah manusia adalah berpikir, maka pola pikir manusia pun mengalami perubahan dari masa ke masa. Dan seiring perubahan-perubahan tersebut, dasar-dasar kehidupan manusia juga berubah dan mengalami lompatan-lompatan termasuk dalam bidang sains dan teknologi.
Namun, di sisi lain, dari kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh manusia tersebut, tidak diiringi dengan pembangunan dan perkembangan moral manusia. Dari sinilah ilmu pengetahuan tidak selaras dengan kebijaksanaan. Sehingga, manusia pun mengalami keadaan yang dilematis dalam hidupnya. Mereka mengalami disharmonisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Bahkan mereka mengalami alienasi dari dirinya sendiri, lingkungan sosialnya dan Tuhannya.[9]
Menghadapi kenyataan itu, maka filsafat menjadi penyelaras tujuan sains dan teknologi yang tercerabut dari akar metafisisnya. Filsafat memaknai kembali dasar-dasar saintek baik dalam aspek epistemologi, ontologi ataupun aksiologinya. Dengan begitu, maka kehidupan manusia lebih terarah. Karena filsafat dapat merumuskan kembali nila-nilai moral sebagai landasan konstruksi sains dan teknologi.[10] Singkatnya, filsafat berfungsi untuk menyelamatkan manusia dari kesesataan hidup menghadapi modernisasi dan gaya hidup materialisme.
2.      Pemikiran Filsafat
Menurut Kattsoff, perenungan kefilsafatan berusaha untuk menyusun suatu bagan konsepsional. Konsepsi tersebut merupakan hasil generalisasi dan abstaraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses satu demi satu. Sebagai konsekuensinya, para filosof tidak hanya membahas tentang Tuhan, alam dan manusia, tetapi juga membahas tentang proses berpikir itu sendiri. Mereka tidak hanya ingin mengetahui hakikat yang ada dan ukuran-ukuran kebenarannya, melainkan juga menemukan kaidah-kaidah berpikir itu sendiri.[11] Perenungan kefilsafatan berusaha untuk menyusun bagan yang keheren (runtut) dan rasional. Selain itu, filsafat  juga senantiasa bersifat komprehensif (menyeluruh).[12]
Sedangkan, Ali Maksum menguraikan ciri dari pemikiran filsafat diantaranya: pertama, berpikir radikal, yang berarti filosof tidak terpaku pada fenomena tertentu saja. Keradilan berpikir menuntut untuk berpikir menemukan akar seluruh kenyataan. Berpikir radikal bertujuan untuk memperjelas realitas dengan pemahaman realitas itu sendiri. Kedua, mencari asas. Dalam memandang realitas, filsafat senantiasa berusaha mencari asas yang paling hakiki dari keseluruhan realitas. Dengan kata lain, mencari asas berarti menemukan esensi dari realilitas itu. Ketiga, para filosof berupaya untuk memburu kebenaran. Sudah barang tentu kebenaran yang diburu adalah kebenaran yang hakiki dan sungguh-sungguh dapat dipertanggungjawabkan. Keempat, mencari kejelasan. Berfilsafat merupakan perjuangan untuk mencari kejelasan pengertian dan kejelasan seluruh realitas. Pencarian kejelasan itu ialah salah satu sifat dasar dari filsafat. Kelima, berpikir rasional. Berpikir rasional berarti berpikir logis, sistematis dan kritis.[13] Pemikiran filsafat dapat diidentifikasi sebagai sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam dengan ciri-ciri berpikir filsafat yang sebagaimana disebut di atas.
3.      Filsafat Sebagai Induk Ilmu Pengetahuan
Pada uraian sebelumnya secara tidak langsung telah disinggung titik singgung antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Sebagai suatu proses berpikir, filsafat merupakan jalan untuk mengetahui hakikat yang ada. Dari proses tersebut, lahirlah ilmu pengetahuan yang sebagaimana dapat kita pelajari dan kita pergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, filsafat merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan.
Sebagai induk ilmu pengetahuan, filsafat mengandung pertanyaan-pertanyaan ilmiah, yaitu apa, mengapa, kemana, dan bagaimana.[14] Dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut filsafat menguraikan kebenaran dan hakikat sesuatu. Sebagaimana ilmu pengetahuan yang dijadikan manusia sebagai jalan untuk mengetahui sesuatu melalui metode ilmiah. Jadi, ilmu pengetahuan bertolak dari tidak mengetahui menjadi mengetahui, sedangkan filsafat bergerak dari tahu menjadi lebih tahu serta mengetahui hakikat dari yang diketahui.
Dengan pertanyaan-pertanyaan ilmiah di atas, dapat diartikan filsafat berperan sebagai ilmu. Namun, tidak hanya sebagai ilmu, filsafat juga dapat dijadikan sebagai metode berpikir dan sutau sikap terhadap realitas.[15] Dengan demikian, ilmu pengetahuan lahir dari rahim yang sama, yakni filsafat. Filsafat merupakan The Mother of Science yang menjadi dasar dan pijakan ilmu pengetahuan.
 
sumber :  Suhartono, Suparlan, Dasar-dasar Filsafat, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2005.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar