A.
Pengertian Dasar Filsafat
Kata “filsafat” dalam bahasa
Inggris, yaitu philosophy, sedangkan
dalam bahasa Yunani disebut dengan philosophia,yang
terdiri dari dua kata yaitu: philos
(cinta atau persahabatan) dan sophos
(hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis dan
intelegensi). Jadi, secara etimologi, filsafat merupakan cinta kebijaksanaan
atau kebenaran. Dan orang yang cinta kebenaran tersebut disebut dengan filosof.[5]
Suhar AM berpendapat bahwa, “filsafat” merupakan istilah yang sering dikaitkan
dengan sebuah teori umum tentang hakikat dari sesuatu, khususnya tentang
bagaimana memperoleh pengertian yang luas tentang sesuatu tersebut.[6]
Lebih lanjut Suhar menjelaskan
bahwa ruang lingkup pembahasan filsafat sangat luas, maka para ahli filsafat
memberikan definisi yang berbeda. Plato misalnya, yang mendefinisikan filsafat
sebagai ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli.
Aristoteles, murid Plato, mengatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik dan esetetika. Sementara itu, Descartes
mengatakan bahwa filsafat merupakan kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan,
alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikan. Sedangkan menuurut IR. Poedjaeijatna,
filsafat merupakan ilmu yang mencari sebab yang sedaam-dalamnya bagi segala
sesuatu yang ada dan yang mungkin ada.[7]
Dari beberapa pendapat para
ahli di atas, dapat diketahui betapa kompleksnya pembahasan filsafat. Namun,
tidak ada perbedaan yang menjadi pertentangan. Hanya, perbedaan tersebut
dilihat dari sudut pandang dalam mengkaji filsafat tersebut. Pada dasarnya
mereka mengemukakan bahwa pembahasan filsafat meliputi: Tuhan, manusia dan alam,
yang mana merupakan objek materia filsafat. Lebih jauh dari itu, filsafat juga mengkaji
hakikat yang terkandung di dalam objek kajiannya tersebut dengan berpikir
secara mendalam (objek forma).
1. Fungsi Filsafat
Endang Saifuddin Anshari, dalam
bukunya Ilmu, Filsafat dan Agama, menguraikan filsafat sebagai “ilmu istimewa”
yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu
pengetahuan pada umumnya, karena jangkauan filsafat lebih dalam dari ilmu
pengetahuan. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, Anshari juga berpendapat bahwa
filsafat merupakan proses berpikir untuk memahami secara radikal, integral dan
sistematis tentang Tuhan, manusia dan alam semesta.[8]
Jadi, sangat jelas bahwa
filsafat sangatlah berperan penting dan berfungsi dalam kehidupan manusia.
Filsafat dapat memenuhi harapan-harapan manusia. Fitrah manusia adalah
berpikir, maka pola pikir manusia pun mengalami perubahan dari masa ke masa.
Dan seiring perubahan-perubahan tersebut, dasar-dasar kehidupan manusia juga
berubah dan mengalami lompatan-lompatan termasuk dalam bidang sains dan
teknologi.
Namun, di sisi lain, dari
kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh manusia tersebut, tidak diiringi
dengan pembangunan dan perkembangan moral manusia. Dari sinilah ilmu
pengetahuan tidak selaras dengan kebijaksanaan. Sehingga, manusia pun mengalami
keadaan yang dilematis dalam hidupnya. Mereka mengalami disharmonisasi dalam
kehidupan bermasyarakat. Bahkan mereka mengalami alienasi dari dirinya sendiri,
lingkungan sosialnya dan Tuhannya.[9]
Menghadapi kenyataan itu, maka
filsafat menjadi penyelaras tujuan sains dan teknologi yang tercerabut dari
akar metafisisnya. Filsafat memaknai kembali dasar-dasar saintek baik dalam
aspek epistemologi, ontologi ataupun aksiologinya. Dengan begitu, maka
kehidupan manusia lebih terarah. Karena filsafat dapat merumuskan kembali
nila-nilai moral sebagai landasan konstruksi sains dan teknologi.[10]
Singkatnya, filsafat berfungsi untuk menyelamatkan manusia dari kesesataan
hidup menghadapi modernisasi dan gaya hidup materialisme.
2. Pemikiran Filsafat
Menurut Kattsoff, perenungan
kefilsafatan berusaha untuk menyusun suatu bagan konsepsional. Konsepsi
tersebut merupakan hasil generalisasi dan abstaraksi dari pengalaman tentang
hal-hal serta proses-proses satu demi satu. Sebagai konsekuensinya, para filosof
tidak hanya membahas tentang Tuhan, alam dan manusia, tetapi juga membahas
tentang proses berpikir itu sendiri. Mereka tidak hanya ingin mengetahui
hakikat yang ada dan ukuran-ukuran kebenarannya, melainkan juga menemukan
kaidah-kaidah berpikir itu sendiri.[11]
Perenungan kefilsafatan berusaha untuk menyusun bagan yang keheren (runtut) dan
rasional. Selain itu, filsafat juga
senantiasa bersifat komprehensif (menyeluruh).[12]
Sedangkan, Ali Maksum
menguraikan ciri dari pemikiran filsafat diantaranya: pertama, berpikir radikal, yang berarti filosof tidak terpaku pada
fenomena tertentu saja. Keradilan berpikir menuntut untuk berpikir menemukan
akar seluruh kenyataan. Berpikir radikal bertujuan untuk memperjelas realitas
dengan pemahaman realitas itu sendiri. Kedua,
mencari asas. Dalam memandang realitas, filsafat senantiasa berusaha
mencari asas yang paling hakiki dari keseluruhan realitas. Dengan kata lain,
mencari asas berarti menemukan esensi dari realilitas itu. Ketiga, para filosof berupaya untuk memburu kebenaran. Sudah barang
tentu kebenaran yang diburu adalah kebenaran yang hakiki dan sungguh-sungguh
dapat dipertanggungjawabkan. Keempat,
mencari kejelasan. Berfilsafat merupakan perjuangan untuk mencari kejelasan
pengertian dan kejelasan seluruh realitas. Pencarian kejelasan itu ialah salah
satu sifat dasar dari filsafat. Kelima,
berpikir rasional. Berpikir rasional berarti berpikir logis, sistematis dan
kritis.[13]
Pemikiran filsafat dapat diidentifikasi sebagai sekumpulan sikap dan
kepercayaan terhadap kehidupan dan alam dengan ciri-ciri berpikir filsafat yang
sebagaimana disebut di atas.
3. Filsafat Sebagai Induk Ilmu Pengetahuan
Pada uraian sebelumnya secara
tidak langsung telah disinggung titik singgung antara filsafat dan ilmu
pengetahuan. Sebagai suatu proses berpikir, filsafat merupakan jalan untuk
mengetahui hakikat yang ada. Dari proses tersebut, lahirlah ilmu pengetahuan
yang sebagaimana dapat kita pelajari dan kita pergunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan kata lain, filsafat merupakan induk dari segala ilmu
pengetahuan.
Sebagai induk ilmu pengetahuan,
filsafat mengandung pertanyaan-pertanyaan ilmiah, yaitu apa, mengapa, kemana,
dan bagaimana.[14] Dengan
pertanyaan-pertanyaan tersebut filsafat menguraikan kebenaran dan hakikat
sesuatu. Sebagaimana ilmu pengetahuan yang dijadikan manusia sebagai jalan
untuk mengetahui sesuatu melalui metode ilmiah. Jadi, ilmu pengetahuan bertolak
dari tidak mengetahui menjadi mengetahui, sedangkan filsafat bergerak dari tahu
menjadi lebih tahu serta mengetahui hakikat dari yang diketahui.
Dengan pertanyaan-pertanyaan
ilmiah di atas, dapat diartikan filsafat berperan sebagai ilmu. Namun, tidak
hanya sebagai ilmu, filsafat juga dapat dijadikan sebagai metode berpikir dan
sutau sikap terhadap realitas.[15]
Dengan demikian, ilmu pengetahuan lahir dari rahim yang sama, yakni filsafat.
Filsafat merupakan The Mother of Science yang
menjadi dasar dan pijakan ilmu pengetahuan.
sumber : Suhartono, Suparlan, Dasar-dasar Filsafat, Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar