Kamis, 22 Desember 2016

FILSAFAT HIDUP

FILSAFAT HIDUP
Menurut Bergson[17], hidup adalah suatu tenaga eksplosif yang telah ada sejak awal dunia, yang berkembang dengan melawan penahanan atau penentangan materi (yaitu sesuatu yang lamban yang menentang gerak dan dipandang oleh akal sebagai materi atau benda). Manakala gerak perkembangan hidup itu digambarkan sebagai gerak ke atas, materi adalah gerak ke bawah yang menahan gerak ke atas itu. Dalam perkembangannya sebagai gerak ke atas, hidup mempunyai penahanan gerak ke bawah. Hal ini mengakibatkan hidup terbagi-bagi menjadi arus yang menuju banyak jurusan, yang sebagian ditundukkan oleh materi, sedangkan sebagian lainnya teta memiliki kecakapannya untuk berbuat secara bebas dan dengan terus berjuang keluar dari genggaman materi.
Bergson yakin akan adanya revolusi, tetapi tidak seperti yang diajarakan Darwin. Evolusi yang menggambarkan evolusi sebagai perkembangan linear (segaris), yang satu sesudah yang lain dengan manusia sebagai puncaknya. Menurut Bergson, evolusi adalah suatu perkembangan yang menciptakan, yang meliputi segala kesadaran, segala hidup, segala kenyataan, yang dalam perkembangannya terus-1menerus menciptakan bentuk baru dan menghasilkan kekayaan baru. Evolusi ini tidak terikat oleh keharusan seperti keharusan yang tersirat dalam hukum sebab-akibat mekanisme. Evolusi demikian menurut Bergson bukan bergerak ke satu arah di bawah dorongan suatu semangat hidup yang bersifat umum, tetapi evolusi itu berkembang ke arah bermacam-macam. Pada tumbuh-tumbuhan, perkembangan itu bentuk-bentuk yang tanpa kesadaran. Pada binatang, perkembangan itu berhenti dalam naluri, sedangkan pada manusia, perkembangan itu berlangsung sampai ke akal.
1.       Naluri
Naluri adalah tenaga bawaan kelahiran guna memanfaatkan alat-alat organis tertentu dengan cara tertentu. Kerja naluri terjadi otomatis, tanpa memberi tempat pada spontanitas atau pembaharuan. Naluri semata-mata diarahkan pada kepentingan kelompok atau rumpunnya. Oleh karena itu, sifat individual ditaklukkan kepada sifat kelompok.
2.       Akal
Akal yang dimiliki manusia merupakan kecakapan untuk menciptakan alat kerja bagi dirinya dan secara bebas mengubah-ubah pembuatan alat kerja itu. Akal mencakapkan manusia untuk menyadarkan diri akan kepentingan individu. Akan tetapi, akal tidak dapat dipakai untuk menyelami hakikat yang sebenarnya dan segala kenyataan. Sebab, akal adalah hasil perkembangan, yaitu perkembangan dalam rangka proses hidup. Akal itu timbul karena penyesuaian manusia. Dengan akalnya, manusia dapat menyesuaikan diri dengan dunia sekitarnya. Oleh karena itu, akal memiliki fungsi praktis. Itulah sebabnya, akal tidak dapat menyelami hakikat yang sebenarnya dari segala kenyataan. Akal hanya berguna bagi pemikiran ilmu fisika dan mekanika, tetapi akal tidak berguna bagi penyelaman ke dalam hakikat segala sesuatu.
3.       Intuisi
Intuisi diperlukan untuk menyelami hakikat segala kenyataan. Intuisi adalah tenaga rohani, suatu kecakapan yang dapat melepaska diri dari akal, kecakapan untuk menyimpulkan serta meninjau dengan sadar. Atau Intuisi merupakan naluri yang telah mendapat kesadaran diri , yang telah dicakapkan untuk memikirkan sasarannya serta memperluas sasaran itu menurut kehendak sendiri tanpa batas.
4.       Agama
Bergson membagi agama pada dua macam: pertama, agama statis, dan kedua, agama dinamis.
a.       Agama statis ialah agama yang timbul karena hasil karya perkembangan. Dalam perkembangan ini, alam telah memberikan kepada manusia kecakapan untuk menciptakan dongeng-dongeng yang dapat mengikat manusia yang seorang dengan yang lain dan dapat mengikat manusia dengan hidup. Karena akalnya, manusia tahu bahwa ia harus mati. Karena akalnya juga, manusia tahu bahwa ada rintangan-rintangan yang tak terduga sehingga menghalangi usahanya untuk mencapai tujuannya. Alam telah membantu manusia untuk memikul kesadaran yang pahit ini dengan khayalan-khayalan. Demikianlah, akhirnya timbul agama sebagai alat bertahan terhadap segala sesuatu yang dapat menjadikan manusia putus asa.
b.      Agama yang dinamis adalah agama yang diberikan oleh intuisi. Dengan perantaraan agama inilah, manusia dapat berhubungan dengan asas yang lebih tinggi yang lebih berkuasa dari pada dirinya sendiri. Bentuk agama yang paling tinggi adalah mistik yang secara sempurna terdapat dalam agama kristen. Itulah filsafat hidup Bergson yang besar sekali pengaruhnya di perancis. Ketika ia membahas agama kristen, yang berarti sebagai pegangan hidup karena ia agama yang paling tinggi.
Bagi Bergson, filsafat adalah kesadaran dan refleksi yang merujuk pada data yang langsung diperoleh dari intuisi. Ia mengklasifikasikan akal sebagai suatu fakulti personal, sambil menekankan bahwa setiap filosof secara sadar terlebih dahulu mengikutu titik pandang yang dipilihnya. Ia menganggap filosof sebagai orang yang menghadapi pemikiran yang esensial untuk menemukan kondisi-kondisi dari totalitas pengetahuan. (Hendi Suhendi, 2008;399-400).
 
 
Sumber : 
Rahman, Masykur Arif, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat, Yogyakarta: IRCiSoD, 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar