Menurut Bergson[17],
hidup adalah suatu tenaga eksplosif yang telah ada sejak awal dunia, yang
berkembang dengan melawan penahanan atau penentangan materi (yaitu sesuatu yang
lamban yang menentang gerak dan dipandang oleh akal sebagai materi atau benda).
Manakala gerak perkembangan hidup itu digambarkan sebagai gerak ke atas, materi
adalah gerak ke bawah yang menahan gerak ke atas itu. Dalam perkembangannya
sebagai gerak ke atas, hidup mempunyai penahanan gerak ke bawah. Hal ini
mengakibatkan hidup terbagi-bagi menjadi arus yang menuju banyak jurusan, yang
sebagian ditundukkan oleh materi, sedangkan sebagian lainnya teta memiliki kecakapannya
untuk berbuat secara bebas dan dengan terus berjuang keluar dari genggaman
materi.
Bergson yakin akan adanya
revolusi, tetapi tidak seperti yang diajarakan Darwin. Evolusi yang
menggambarkan evolusi sebagai perkembangan linear (segaris), yang satu sesudah
yang lain dengan manusia sebagai puncaknya. Menurut Bergson, evolusi adalah
suatu perkembangan yang menciptakan, yang meliputi segala kesadaran, segala
hidup, segala kenyataan, yang dalam perkembangannya terus-1menerus menciptakan
bentuk baru dan menghasilkan kekayaan baru. Evolusi ini tidak terikat oleh
keharusan seperti keharusan yang tersirat dalam hukum sebab-akibat mekanisme.
Evolusi demikian menurut Bergson bukan bergerak ke satu arah di bawah dorongan
suatu semangat hidup yang bersifat umum, tetapi evolusi itu berkembang ke arah
bermacam-macam. Pada tumbuh-tumbuhan, perkembangan itu bentuk-bentuk yang tanpa
kesadaran. Pada binatang, perkembangan itu berhenti dalam naluri, sedangkan
pada manusia, perkembangan itu berlangsung sampai ke akal.
1.
Naluri
Naluri adalah tenaga bawaan
kelahiran guna memanfaatkan alat-alat organis tertentu dengan cara tertentu.
Kerja naluri terjadi otomatis, tanpa memberi tempat pada spontanitas atau
pembaharuan. Naluri semata-mata diarahkan pada kepentingan kelompok atau
rumpunnya. Oleh karena itu, sifat individual ditaklukkan kepada sifat kelompok.
2.
Akal
Akal yang dimiliki manusia
merupakan kecakapan untuk menciptakan alat kerja bagi dirinya dan secara bebas
mengubah-ubah pembuatan alat kerja itu. Akal mencakapkan manusia untuk
menyadarkan diri akan kepentingan individu. Akan tetapi, akal tidak dapat
dipakai untuk menyelami hakikat yang sebenarnya dan segala kenyataan. Sebab,
akal adalah hasil perkembangan, yaitu perkembangan dalam rangka proses hidup.
Akal itu timbul karena penyesuaian manusia. Dengan akalnya, manusia dapat
menyesuaikan diri dengan dunia sekitarnya. Oleh karena itu, akal memiliki
fungsi praktis. Itulah sebabnya, akal tidak dapat menyelami hakikat yang
sebenarnya dari segala kenyataan. Akal hanya berguna bagi pemikiran ilmu fisika
dan mekanika, tetapi akal tidak berguna bagi penyelaman ke dalam hakikat segala
sesuatu.
3.
Intuisi
Intuisi diperlukan untuk
menyelami hakikat segala kenyataan. Intuisi adalah tenaga rohani, suatu
kecakapan yang dapat melepaska diri dari akal, kecakapan untuk menyimpulkan
serta meninjau dengan sadar. Atau Intuisi merupakan naluri yang telah mendapat
kesadaran diri , yang telah dicakapkan untuk memikirkan sasarannya serta
memperluas sasaran itu menurut kehendak sendiri tanpa batas.
4.
Agama
Bergson membagi agama pada dua
macam: pertama, agama statis, dan kedua, agama dinamis.
a.
Agama statis ialah agama yang
timbul karena hasil karya perkembangan. Dalam perkembangan ini, alam telah
memberikan kepada manusia kecakapan untuk menciptakan dongeng-dongeng yang
dapat mengikat manusia yang seorang dengan yang lain dan dapat mengikat manusia
dengan hidup. Karena akalnya, manusia tahu bahwa ia harus mati. Karena akalnya
juga, manusia tahu bahwa ada rintangan-rintangan yang tak terduga sehingga
menghalangi usahanya untuk mencapai tujuannya. Alam telah membantu manusia
untuk memikul kesadaran yang pahit ini dengan khayalan-khayalan. Demikianlah,
akhirnya timbul agama sebagai alat bertahan terhadap segala sesuatu yang dapat
menjadikan manusia putus asa.
b.
Agama yang dinamis adalah agama
yang diberikan oleh intuisi. Dengan perantaraan agama inilah, manusia dapat
berhubungan dengan asas yang lebih tinggi yang lebih berkuasa dari pada dirinya
sendiri. Bentuk agama yang paling tinggi adalah mistik yang secara sempurna
terdapat dalam agama kristen. Itulah filsafat hidup Bergson yang besar sekali
pengaruhnya di perancis. Ketika ia membahas agama kristen, yang berarti sebagai
pegangan hidup karena ia agama yang paling tinggi.
Bagi Bergson, filsafat adalah
kesadaran dan refleksi yang merujuk pada data yang langsung diperoleh dari
intuisi. Ia mengklasifikasikan akal sebagai suatu fakulti personal, sambil
menekankan bahwa setiap filosof secara sadar terlebih dahulu mengikutu titik
pandang yang dipilihnya. Ia menganggap filosof sebagai orang yang menghadapi
pemikiran yang esensial untuk menemukan kondisi-kondisi dari totalitas
pengetahuan. (Hendi Suhendi, 2008;399-400).
Sumber :
Rahman, Masykur Arif, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat, Yogyakarta: IRCiSoD, 2013.
Rahman, Masykur Arif, Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat, Yogyakarta: IRCiSoD, 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar