Descartes
merupakan orang pertama yang memiliki kapasitas filosofis yang sangat
dipengaruhi oleh fisika baru dan astronomi. Ia banyak menguasai filsafat
Scholastic, namun ia tidak menerima dasar-dasar filfasat Scholastic yang
dibangun oleh para pendahulunya. Ia berupaya keras untuk mengkonstruksi
bangunan baru filsafat. Hal ini merupakan terobosan baru semenjak zaman
Aristoteles dan hal ini merupakan sebuah neo-self-confidence
yang dihasilkan dari kemajuan ilmu pengetahuan. Dia berhasrat untuk menemukan
“sebuah ilmu yang sama sekali baru pada masyarakat yang akan memecahkan semua
pertanyaan tentang kuantitas secara umum, apakah bersifat kontinim atau
terputus.”
Visi
Descartes telah menumbuhkan keyakinan yang kuat pada dirinya tentang kepastian
pengetahuan ilmiah, dan tugas dalam kehidupannya adalah membedakan kebenaran
dan kesalahan dalam semua bidang pelajaran. Karena menurutnya “semua ilmu
merupakan pengetahuan yang pasti dan jelas.
Pada
dasarnya, visi dan filsafat Descartes banyak dipengaruhi oleh ilmu alam dan
matematika yang berasas pada kepastian dan kejelasan perbedaan antara yang benar dan salah.
Sehingga dia menerima suatu kebenaran sebagai suatu hal yang pasti dan jelas
atau disebut Descartes sebagai kebenaran yang Clear and Distinct.
Dalam
usahanya untuk mencapai kebenaran dasar tersebut Descartes menggunakan metode
“Deduksi”, yaitu dia mededuksikan prinsip-prinsip kebenaran yang diperolehnya
kepada prinsip-prinsip yang sudah ada sebelumnya yang berasal dari definisi
dasar yang jelas. Sebagaimana yang ditulis oleh Robert C. Solomon dan Kathleen
M. Higgins dalam buku sejarah filsafat,“kunci bagi deduksi keseluruhan
Descartes akan berupa aksioma tertentu yang akan berfungsi sebagai sebuah
premis dan berada diluar keraguan. Dan aksioma ini merupakan klaimnya yang
terkenal Cogito ergo sum “Aku berpikir maka aku ada”.
Sumber : Ahmad Tafsir, 2010, Filsafat Umum, PT Remaja Rosdakarya
Offset, Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar