Kamis, 22 Desember 2016

Ideologi Pendidikan

Ideologi pendidikan: Sebuah konsep
Ideologi sebagai sebuah konsep, para ahli maaengemukakan definisi atau pengertian tentang ideologi dari berbagai perspektif. Ideologi memperoleh makna tertentu melalui wacana dan konteks. Ia bisa bermakna sebagai sesuatu yang positif, netral yang bersumber dari ide-ide tertentu, namun juga ia bisa dimaknai sebagaiyang neggatif. Sinomin dengan tipu daya dan kefanatikan. David Mclellan member pengantar untuk topic ideologi dimulai dengan menyatakan: Ideologi adalah suatu konsep yang paling sukar di pahami dalam ilmu sosial secara keseluruan.
Dalam penggunaan sehari-hari, ideologi cenderung menjadi istilah negative yang terutama digunakan untuk mengelompokan ide-ide yang bias dan/atau ekstrim. Untuk menghidari kesalah pahaman arti ideologi, maka perlu melihat pendekatan-pendekatan yang digunakan sebagai berikut :
1.      Ideologi sebagai pemikiran politik
2.      Ideologi sebagai kepercayaan dan norma
3.      Ideologi sebagai bahasa, simbol, dan mitos, serta
4.      Ideologi sebagai kekuatan elite.
Sebagai sebuah konsep istilah, ideologi dimaksud disini  adalah serangkaian kepercayaan (belief) yang menjadi orientasi bagi sebuah tindakan. Antoine Destutt de Tracy (1754-1836M), seorang bangsawan yang bersimpati pada revolusi prancis (1789), pengikut rasional gerakan pancerahan, yang menciptakan istilah ideologi Pada 1796. Ia memandang ”ideologi” sebagai ilmu tentang pikiran manusia yang mampu menunjukkan arah yang benar menuju masa depan. Sementara menurut O’Neill, ideologi pola gagasan yang mengarahkan dan menggerakkan tindakan-tindakan dalam pendidikan dipandang sebagai sistem nilai atau keyakinan yang mengarah dan menggerakkan suatu tindakan sosial. Dengan demikian ideologi pendidikan membahas dan mengkaji sistem nilai atau pola gagasan yang menggerakkan tindakan pendidikan inilah yang sering dalam posisi out side kesadaran kita (pendidikan). Sehingga subjek pendidikan sering “awam” atau “mungkin” pura-pura awam dengan sistem nilai atau gagasan tersebut. Iplikasinya orang-orang yang terlibat dalam proses pendidikan, utamanya peserta didik, terpasung dan terformat oleh pola gagasan yang berada di luar kesadarannya. Akibatnya dunia pendidikan dijadikan alat legitimate penguasa untuk mempertahankan “status quo” dengan cara memasung kebebasan akademik atas nama asas pancasila.
Persoalan ideologi dalam pendidikan, memang merupakan masalah yang rumit, karena terkait dengan sistem nilai atau pola gagasan yang menjadi keyakinan  seseorang atau kelompok bahkan menurut O Neill, upaya untuk mengetahui ideologi pendidikan seseorang biasanya tidak cukup untuk membuat kita tahu apa yang paling mungkin untuk dilakukan dalam penjelasan lebih lanjut, O Neill menggunakan struktur fundamental yang menghubungkan antara sistem nilai dengan kebijakan-kebijakan pendidikan. Dalam hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Prisip-prisip Nilai(volue principles)
Dalam prisip ini akan muncul pertanyaan, apa yang ideal? (apakah yang   memiliki kebaikan tertinggi?)  Jawaban dari pertanyaan ini selanjutnya akan menjadi landasan bagi ( basic to…………)
2.      Prinsip-prisip moral (moral principles)
Dalam prisip ini akan muncul pertanyaan, prilaku apa yang bermoral? ( Basic to Establisment of……….)
3.      Kebijakan-kebijakan Moral (Moral policies)
Dalam prisip ini akan muncul pertanyaan, tindakan apa yang bermoral? (Fundomental to………).
4.      Kebijakan-kebijakan pendidikan (Education policies)
Pengetahuan macam apakah yang diperlukan, dan bagaimana ia diberikan kepada orang lain?
Teori ideologi menurut O’Neill ini bersumber dari etika sosial (moral maupun politik) Etika sosial ini kemudian menjadi sistem nilai yang mengarah pendidikan, dan sistrm nilai ini menjadi sebab sekaligus akibat daari perubahan sosial yang mendasar.
Ideologi Konservatif dibagi lagi dalam tiga kelompok yaitu: fundamentalisme, intelektualisme, dan konservatisme, sedangkan ideologi penddikan liberal dibagi juga dalam tiga kelompok, yaitu: liberalisme, liberasinisme, dan anarkisme. Pemetaan ideologi yang dilakukan O’Neill ini baru sebatas sumbangan teoritis untuk pemetaan ideologi pendidikan di Indonesia.
Secara umum kita mengetahui bahwa peta ideologi pendidikan di Indonesia lebih bersifat sentralistik, karena mengacu pada ideologi Negara yakni ideologi pancasila yang sarat dengan kepentingan-kepentingan penguasa Negara, namun dengan mencoba melalui implementasi instrument pendidikan, kita dapat memetakan ideologi pendidikan nasional berdasar pada teori O’Neill.
Mengkaji ideologi pendidikan di Indonesia, kita memerlukan pengetahuan tentang tripilogi (kurikulm). Dengan sistem MBS yang belum lama diberlakukan oleh pemerintah, disini coba diasumsikan bahwa MBS muncul karena:
1.      Keinginan untuk menyelaraskan antara materi pendidikan dengan kebutuhan peserta didik.
2.      Keinginan untuk mengoptimalkan otonomi sekolah dan daerah, sehingga beban (pendanaan)sedikit berkurang.
Tetapi pada dataran realitas, ternyata pendidikan di Indonesia, terjadi kesalahan kelola. Ini terbukti pada birokrasi pemerintah yang lebih bersifat inkonsisten, irasional, pragmatis, otoriter dan tidak professional. Karena professional lebih dimaknai sebatas pada bayaran yang tinggi tanpa memerhitungkan kualifikasi, tanggung jawab dan intregritas yang tinggi. Ini adalah warisan orde baru yang hanya mengajarkan kepatuhan dan manipulasi saja.
 
Sumber :  
Ahmad Arifi , 2005, “ Paradigma Pendidikan Pesantren berbasis Masyarakat “, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan Islam,  Yogyakarta : fakultas tarbiyah UIN Sunan Kalijogo, Volume  6, Nomor 2, Juli 2005.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar