Kamis, 22 Desember 2016

Masa Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Masa Islam

Masa Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Masa Islam
Buah tangan Aristotes diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada sekitar Abad 7 Masehi, dan kemudian diberinya nama ilmu al-Mantiq.
Ilmu Mantiq yang merupakan terjemahan dari Ilmu Logika adalah hasil karya para filosof Yunani sejak abad ke-4 SM. Kaum Sofis, Socrates dan Plato adalah perintis lahirnya Logika. Sedangkan Logika lahir sebagai suatu ilmu adalah atas jasa Aristoteles, Theoprostus dan kaum Stoa.[[10]]
 Aristoteles (384-322 SM) sebagai peletak dasar Ilmu Logika, meninggalkan enam buah buku yang oleh murid-muridnya disebut Organon. Buku tersebut terdiri dari :
1.  Categoriae (mengenai pengertian-pengertian)
2.  De Interpretiae (mengenai keputusan-keputusan)
3.  Analitica priora (tentang silogisme atau menarik kesimpulan)
4.  Analitica posteriora (tentang pembuktian)
5.  Topika (mengenai berdebat)
6.  De Sophisticis Elenchis (tentang kesalahan-kesalahan berpikir).
Buku-buku inilah yang kemudian menjadi dasar Logika Tradisional. Theoprostus mengembangkan Logika Aristoteles ini, sedangkan kaum Stoa mengajukan bentuk-bentuk berpikir yang sistematis.
Pada abad ke-8 Masehi, ketika agama Islam telah tersebar di Jazirah Arab dan dipeluk secara meluas sampai ke timur  dan barat, perkembangan ilmu pengetahuan pun mengalami kemajuan yang pesat. Puncaknya terjadi pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, yaitu pada masa pemerintahan Khalifah Harun al Rasyid dan Al-Makmun. Pada masa itu terjadi penerjemahan ilmu-ilmu filsafat Yunani ke dalam bahasa Arab, termasuk Ilmu Logika. Ilmu ini sangat menarik perhatian kaum muslimin pada saat itu sehingga dipelajari secara meluas. Diantara mereka kemudian menulis buku Ilmu Mantiq dan mengembangkannya. Dalam berbagai segi, mereka mengislamisasikan ilmu logika melalui contoh-contoh yang mereka munculkan. Ilmu Mantiq tidak saja digunakan untuk mempertajam dan mempercepat daya pikir dalam menarik kesimpulan yang benar, tetapi juga membantu mengokohkan hujjah-hujjah agama dalam persoalan akidah.[10]
Di antara ulama dan cendekiawan muslim yang mendalami Ilmu Mantiq dan menulis buku tentang mantiq adalah Abdullah ibn al-Muqaffa’, Ya’qub  ibn Ishaq al-Kindi (185 H-260 H/801 M-873 M), Muhammad Ibnu Zakaria al-Razi (251 H-313 H/865 M- 925 M), Abu Nasr al-Farabi (258 H-339 H/870 M-950 M), Ibnu Sina (370 -428 H/980-1037 M), Abu Hamid al-Ghazali, Ibnu Rusyd (520-595 H/1126-1198 M), al-Qurthubi dan lain-lain. [11] Al-Farabi kemudian dikenal sebagai Guru Kedua Logika setelah Aristoteles. Karya-karya Al-Farabi dibagi menjadi dua, mengenai logika dan filsafat. Karya-karya tentang Logika menyangkut bagian-bagian berbeda dari Organon-nya Aristoteles, baik yang berbentuk komentar maupun ulasan panjang. Kebanyakan tulisan ini masih berupa naskah.
Selain Al-Farabi, juga dikenal Ibnu Sina sebagai Guru ke tiga Logika. Buku Logika Ibnu Sina diterjemahkan ke dalam bahasa Latin di penghujung abad ke-12. Yang lainnya adalah karya logika Ibn Rusyd di awal abad ke-14. Terjemahan inilah yang disebarkan di Paris (Perancis) dan Oxford (Inggris).[12]


Pada masa kemunduran ilmu pengetahuan di dunia Islam, timbullah berbagai kritikan terhadap Ilmu Mantiq /  Logika karena dianggap logika sebagai penyebab lahirnya paham-paham zindiq (atheis) karena terlalu memuja akal fikiran di dalam mencari kebenaran. Sebagian ulama kemudian mengharamkan mempelajari ilmu logika, seperti Imam an-Nawawi (1233-1277 M), Ibnu Shilah (1181-1243 M), Ibnu Taimiyah (1263-1328 M) dan Sa’adduddin at-Taftazani (1322-1389 M).[13]
Pengaruh fatwa tersebut sangat kuat di kalangan umat Islam, sehinnga kegiatan dan perkembangan alam fikiran dunia Islam mengalami kemacetan dan kebekuan. Sementara dunia Barat sedang gembira menyambut zaman Kebangunan (Renaissance) di Eropa (abad 13-14 M).
Menjelang penghujung abad ke-19 bangkitlah gerakan pembaharuan dunia Islam yang dipelopori Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Sejalan dengan itu  perhatian penuh terhadap logika muncul kembali di Mesir.
Di Indonesia, Ilmu Mantiq pada mulanya dipelajari secara terbatas di perguruan-perguruan agama dan pesantren. Ilmu Mantiq sampai ke Indonesia bersama ilmu-ilmu agama lainnya yang dibawa oleh pelajar-pelajar muslim yang belajar di Timur Tengah.
Ilmu logika baru dipelajari lebih luas setelah diperkenalkannya buku Madilog karangan Tan Malaka yang terbit tahun 1951. Pada tahun 1954 Ilmu Mantiq telah dipelajari secara lebih luas dan dimasukkan ke dalam kurikulum perguruan tinggi


Sumber :
Jamaluddin Kafie, Logika, Form Berpikir Logis, (Surabaya : Karya Anda, )

1 komentar:

  1. This is how my buddy Wesley Virgin's tale starts in this SHOCKING AND CONTROVERSIAL VIDEO.

    Wesley was in the military-and soon after leaving-he discovered hidden, "mind control" tactics that the government and others used to get everything they want.

    These are the same methods lots of famous people (especially those who "became famous out of nothing") and the greatest business people used to become wealthy and famous.

    You probably know how you use only 10% of your brain.

    That's because the majority of your brainpower is UNTAPPED.

    Maybe that conversation has even occurred IN YOUR own head... as it did in my good friend Wesley Virgin's head about seven years ago, while driving a non-registered, garbage bucket of a car without a driver's license and with $3.20 in his bank account.

    "I'm so frustrated with living check to check! Why can't I turn myself successful?"

    You took part in those questions, ain't it so?

    Your success story is going to happen. You just need to take a leap of faith in YOURSELF.

    CLICK HERE To Find Out How To Become A MILLIONAIRE

    BalasHapus